Makalah
Disajikan pada Kegiatan Rutin ”Halaqoh Ngaji Filsafat”
yang Diselenggarakan oleh Jam’iyah Komando Mahasiswa Pecinta
Allah SWT
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Malang
PENGANTAR FILSAFAT
Oleh :
A. Danni Roziqin
Pendahuluan
Mahasiswa memiliki peran yang penting di masyarakat. Acapkali setiap
peristiwa perubahan penting yang terjadi di suatu Negara didorong oleh sebuah
gerakan mahasiswa, sehingga mahasiswa sering dianggap sebagai agent of change.
Sebagai kelompok muda yang mengenyam pendidikan tinggi, mahasiswa menjadi
kelompok harapan masa depan karena memiliki kelebihan dari sisi intelektual yang
mereka peroleh melalui sistem pendidikan. Walaupun mahasiswa tumbuh dan
berkembang sesuai jati dirinya, tidak sedikit mahasiswa yang terjebak ke dalam
tujuan sederhana dan sempit. Orientasi pengembangan dirinya hanya sebatas
pemenuhan kewajiban menempuh studi di perguruan tungginya masing-masing
sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Akhirnya, mahasiswa tidak mampu keluar
dan mengeluarkan diri serta pikirannya untuk berkiprah lebih luas. Padahal di sisi lain
mahasiswa dituntut untuk mengembangkan daya intelektualnya dalam merespon
berbagai perkembangan pemikiran serta ilmu dan pengetahuan ; mengembangkan
kepekaan terhadap fenomena sosial kemasyarakatan; serta mengembangkan kapasitas
lain yang akan mendukung kesuksesan di masa depan.
Jati diri sebagai mahasiswa tidak hanya sekedar sebagai kelompok muda
intelektual, tetapi jati dirinya yang berkaitan dengan kedudukannya dan perannya
sebagai hamba dan khalifah Allah SWT di muka bumi menuntut mereka untuk
memiliki wawasan dan pandangan keagamaan yang benar. Sosok manusia sempurna
(Insan Kamil) dalam pandangan Islam seharusnya menjadi acuan dan pedoman
dengan Tuhannya, alam dan sesama manusia.
Dalam upaya pengembangan kapasitas intelektual, mahasiswa
perlu
perlu
mengakrabi berbagai sejarah dan konsep pemikiran manusia yang terus berkembang
melalui tradisi membaca, mengkaji, berdiskusi bahkan menulis secara ilmiah. Dengan
ini, mahasiswa memiliki kemampuan untuk berdialog dengan berbagai pemikiran
sehingga memiliki posisi yang tegas terhadap berbagai pemikiran serta untuk
meneguhkan jati diri dan posisinya sebagai agent of change.
Berbagai hasil pemikiran manusia telah mengantarkan kemajuan dunia saat
ini. Di sisi lain arah kemajuan dunia yang terbangun memberi berbagai dampak yang
negatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini tidak bisa lepas dari bangunan
pemikiran barat baik filsafat, ilmu dan teknologinya yang mendekontruksi nilai-nilai
kemanusiaan (dehumansiasi). Parahnya dehumanusasi ini juga terjadi dalam dunia
pendidikan. dianggap berfungsi sebagai mesin produksi untuk
menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil tetapi lemah dari segi nilai-nilai
kemanusiaan. Pandangan hidup barat yang diantara bercirikan materealis telah
merasuki kaum muda di negeri ini. Pandangan hidup materealis telah mengarahkan
manusia untuk hidup hedonis dan pragmatis.
Kebudayaan barat tidak selamanya bersifat negatif, oleh karena itu perlu
dikembangkan sikap kritis terhadap perkembangan pemikiran dan produk dari
kebudayaan barat tersebut baik. Dengan ini, mahasiswa seharusnyalah membekali diri
secara intelektual agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran yang berkembang
serta mampu mengkontruksi pengetahun dan pandangan hidupnya sesuai dengan jati
dirinya masing-masing. Sebagai seorang mahasiswa muslim, mereka harus memiliki
pandangan dunia yang mencerminan keyakinannya sebagai muslim tetapi tetap bisa
berdialog dengan berbagai corak pemikiran yang berkembang. Mahasiswa diharapkan
semakin terbuka wawasan intelektualnya sebagai modal untuk berkiprah di
masyarakat.
keilmiuan mahasiswa yaitu melalui kajian filsafat. Kajian filsafat bukan hanya untuk
mengenal filsafat tetapi untuk mentradisikan berfilsafat. Berfilsafat berarti berupaya
melakukan pemikiran yang mendalam dan sistematis tertang berbagai permasalahan
yang berkembang agar memiliki posisi dan pandangan yang jelas tentang suatu
permasalahan tersebut.
Apakah filsafat itu ?; Bagaimana berfilsafat ?; Apa saja yang harus dikuasai
dalam filsafat ?; Apa saja objek kajian dalam filsafat ? dan Apa manfaat berfilsafat ?
menjadi pertanyaan yang penting dalam makalah ini. Makalah ini hanya sebagai
pengantar sederhana untuk memulai mengenal filsafat walapun hanya di pintu yang
paling depan. Makalah ini tidak akan mengarahkan Anda untuk segera bisa
memahami filsafat, tetapi hanya mengantar sampai pintu gerbang terdepan saja.
Walau itupun belum cukup. Kita akan faham apa itu filsafat ketika kita sudah
berfilsafat walaupun hanya dalam bentuk yang paling sederhana.
Apakah Filsafat itu ?
Filsafat sering dianggap sebagai suatu hal yang sulit baik untuk dipelajari
maupun untuk dilakukan (berfilsafat). Hal apapun sebelum dipelajari pasti akan terasa
sulit untuk dipahami, tetapi filsafat lebih dari itu. Paling tidak itulah anggapan
umumnya. Filsafat atau philosophy dalam bahasa inggris, atau falsafah dalam bahasa
arab merupakan istilah yang diwariskan dari tradisi pemikiran Yunani Kuno. Filsafat
yang secara harfiah, berarti “cinta kebijaksanaan”. Mendefinisikan filsafat tidaklah
mudah, karena pengertian filsafat yang ada adalah sejumlah para filsosof yang
memberikan definisinya masing-masing, sehingga secara subjektif para filosof
memiliki pengertiannya masing-masing. Dengat itu definisi yang mereka buat saling
melengkapi bahkan mungkin saja saling mendistorsi.
Socrates sebagai bapak dari filosof mengajukan pertanyaan : “apakah
manusia itu dan apakah yang merupakan kebaikan tertinggi bagi manusia”.
Muridnya, Plato mengatakan : “… filsafat memang tidak lain daripada usaha
menerus.” Yuyun S. Sumantri (1982) mengumpamakan orang yang berfilsafat seperti
orang yang pijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahu
hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang yang berdiri di puncak
tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak
kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.
Dalam filsafat dipertanyaan tentang segala hal secara mendasar paling tidak
mencakup tentang Tuhan, alam dan manusia. Tetapi tidak semua pertanyaan
merupakan pertanyaan filsafat, ada pertanyaan yang hanya bersifat pragmatis atau
ilmiah. Filsafat mempertanyakan sesutu yang tidak bisa dijangkau ilmu pengetahuan,
karena itu menurut Will Duran, filsafat dapat diibaratkan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung
dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang
dapat diandalkan. Filsafat merintis berbagai lapangan ilmu pengetahuan, sehingga
berkembang menjadi teknologi bagi manusia, setelah itu filsafat bisa mempertanyakan kembali bagaimana ilmu pengatahuan yang sudah berkembang itu,
mempertanyakan hal-hal lain yang masih belum terjangkau.
Tradisi filsafat yang diawali dari Yunani Kuno justru diawali dengan
mempertanyakan hakikat materi dari alam. Socrates melakukan perubahan dengan
memfokuskan filsafat pada diri manusia itu sendiri. Berkembanglah filsafat melalui
muridnya Plato dan kemudian Aristoteles yang kita kenal. Terutama Aristoteles telah
merintis berbagai cabang keilmuan baik tentang alam mauapun tentang manusia. Dari
Yunani kemudian filsafat berkembang dalam kebudayaan Islam. Pengaruh filsafat ini,
dirasakan oleh umat Islam mulai pada akhir abad pertama hijriah yang disebut
gelombang
No comments:
Post a Comment