Sunday, May 1, 2016

Makalah IAD/ISD/IBD : Budaya jawa yang perlu di lestarikan


BUDAYA DI JAWA YANG PERLU DI LESTARIKAN
Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah IAD/ISD/IBD

Dosen Pengampu:

Imam Muzaki, M.Pd
Penulis:
Muh.HadyMasrury
NIMKO:
...................................
ManajemenPendidikan Islam
STAINU MALANG
Jl. Raya Kepuharjo 18 A Karangploso Kabupaten Malang
DESEMBER, 2015

  
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………….ii

BAB I  PENDAHULUAN          
Latar Belakang……………………………………………………….…
Rumusan Masalah        …………………………………………………..
Tujuan Pembahasan……………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN   ….     
2.1 Apa pengertian Budaya Jawa ..………………………………………...…
2.2 Budaya-budaya di Jawa yang perlu di lestarikan……………………...….
2.3 Apa faktor yang dapat melunturkan budaya Jawa ….…………………....

BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………….……………………….……....
3.2 Saran ……………………………………………………………....…….. .

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. ..

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Suatu bangsa memiliki bermacam-macam kebudayaan.Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia tentunya memiliki bermacam-macam kebudayaan.Di antaranya adalah pakaian adat,seni tari,seni musik,senjata,rumah adat,dll.
Tidak bisa di pungkiri di era globalisasi ini dan datang-nya kebudayaan-kebudayaan luar yang bersifat modern membuat penerus bangsa ini lebih menyukai kebudayaan yang bersifat modern.Hal ini tentunya membuat bebagai pihak menjadi hawatir kebudayaan daerah akan menghilang.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai penerus bangsa untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan daerah yang merupakan simbol utama dari kebudayaan nasional.

1.2  RumusanMasalah
1.                  Apa pengertian Budaya Jawa ?
2.                  Budaya-budaya di Jawa yang perlu di lestarikan?
3.                  Apa faktor yang dapat melunturkan budaya Jawa?
           
1.3  Tujuan Pembahasan
1.                  Agar dapat memahami bagaimana peran budaya daerah dalam memperkokoh Budaya Nasional.
2.                  Supaya bisa memikirkan solusi untuk budaya-budaya yang perlu di lestarikan.
3.                  Agar dapat mengerti apa saja faktor-faktor yang dapat melunturkan Budaya Jawa.



BAB II
PEMBAHASAN
           
2.1 PENGERTIAN BUDAYA JAWA
                   
"Dalam catatan Yunani yang di tulis oleh Claucius Plotomeus (165 M)istilah labadiou (jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih artinya adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras .
Njowo digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang, atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham; beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .
Peradaban tertua di Indonesia yang tercatat dalam perjalan pelancong-pelancong (dari Cina maupun pedagang India ) masa lalu adalah Sakanagara (abad 1 M) sendiri terletak di pesisir barat Pulau Jawa, di sekitar daerah Pandeglang. Dari komunitas ini kemudian lahirlah Taramarajuk (abad 4 M).Sedangkan di bagian tengah Pulau Jawa, peradaban tertua di awali dengan kerajaan Kalingga (abad 6 M). Kemudian untuk Pulau Jawa bagian timur ,peradaban pertama yang dicatat adalah kerajaan Kanjuruhan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo (tahun 760) yang ditulis dengan huruf Jawa Kuno (Kawi). Kemudian dilanjutkan dengan kerajaan yang didirikan oleh Mpu Sendok, raja terakhir dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Mataram pada abad 9 M, yang memindahkan ibukota kerajaan lebih ke timur di tepi Sungai Brantas. Diduga karena bencana alam meletusnya gunung Merapi.
Dari uraian di atas  dapat disimpulkan “peradaban tertua yang pernah tercatat di Pulau Jawa dimulai dari barat ke timur”. Juga terdapat bentuk sinkritisme yang paling pas dan harmonis antara ajaran teologi Islam-Hindu-Buddha-dan Jawa”.
  
2.2    BUDAYA-BUDAYA DI INDONESIA YANG PERLU DI LESTARIKAN
Tari Jawa memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakatnya.Selain sebagai hiburan, beberapa tarian yang lainnya juga memiliki fungsi sakral yaitu disajikan dalam pelantikan dan penghormatan raja-raja. Tarian Jawa itu berwujud seni tari yang adiluhung , sakral , dan religius.Tari Jawa tersebut banyak jenisnya. Tarian tersebut di antaranya  sebagai berikut: (1) tari Srimpi, (2) tari Bedaya Ketawang, (3) wireng, (4)prawirayudha, (5) dan (6) tari Kuda-Kuda. Khusus di Mangkunegaran disebut tari Langendriyan , yang mengambil kisah Damarwulan .
Tari yang terkenal di  Kraton Solo di antaranya adalah Srimpi dan Bedaya Ketawang. Menurut kitab Wredhapradhangga yang dianggap sebagai pencipta dari tari Bedaya Ketawang adalah Sultan Agung (1613-1645) yakni yang menjabat sebagai raja pertama kerajaan Mataram.Tari ini tidak hanya ditampilkan saat pelantikan raja namun juga ditampilkan setahun sekali ketika hari-hari besar dan upacara kraton.
Rangakaian tari Bedaya Ketawang  dan nama penarinya dengan urutan sebagai berikut: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit ngarep, Apit mburi, Gulu, Dhada, dan Boncit.
Sementara Kraton Kasunanan Pakubuwono juga menciptakan tarian, yaitu tari Srimpi.Tarian ini menggambarkan perang antara dua satria. Jenis tari srimpi di antaranya: Srimpi Padelori, Andhong-andhong, Arjuna Mangsah, Dhempel Sangopati, Elo-elo, Dempel, Gambir Sawit, Muncar, Gandokusuma, dan Srimpi Lobong. Selain itu juga terdapat tarian Jawa modern  yang biasanya disajikan saat hajatan, di antaranya : (1) tari Gambyong, (2) tari Merak, (3) tari Golek, (4) tari Gambiranom, (5) tari Minak Jingggo, (6) tari Karonsih, (7) tari Gatotkaca Gandrung, dan lain-lain. Tayub juga merupakan salah satu tarian Jawa yang biasa ditampilkan dalam  hajatan.


2.3    FAKTOR YANG DAPAT MELUNTURKAN BUDAYA JAWA
Globalisasiberjalan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, di samping membawa kemajuan di dalam pribadi pemuda dan setiap elemen masyarakat, globalisasi juga memberikan dampak buruk pada budaya.Eksistensi budaya menjadi terancam, karena masyarakat yang merasakan kemajuan jaman selalu beranggapan bahwa budaya daerah tidaklah penting karena yang ada dalam otak mereka adalah bagaimana caranya dapat terus mengikuti kemajuan iptek yang terjadi.Ironinya bukan hanya sekedar memberi dampak buruk terhadap sikap masyarakat, namun juga merasuk ke dalam jiwa mereka kemudian tertanam kukuh dan kemudian menguasai mereka.Sehingga mengalahkan kesadaran mereka dalam berbudaya.
Salah satu penyebab utama yang lainnya adalah karena pemerintah tidak lagi memasukkan pendidikan bahasa Jawa ke dalam kurikulum pendidikan 1975. Barulah sepuluh tahun kemudian terasa mengapa pemuda tidak dapat menguasai budaya Jawa dan tata krama Jawa.Namun, di sisi lain tidak sedikit warga negara asing yang kagum akan budaya Jawa dan sangat antosias serta berlomba-lomba untuk bisa dan belajar budaya Jawa.
Memang sebuah kenyataan pahit yang harus diterima.Namun hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja.Rasa bangga tidak cukup hanya diucapakan di bibir saja, namun harus dibuktikan dengan tindakan nyata, yaitu kita wajib menjaga dan melestarikan budaya kita.Rupanya karena eksistensi budaya Jawa yang semakin menhawatirkan keadannya ini, digelar dua buah kongres untuk mengembalikan kejayannya.Kongres yang pertama, kongres sastra Jawa (KSJ) diadakan di Solo (6-7 Juli 2009) .Meskipun belum dapat menghasilkan hasil-hasil yang lebik kongkrit, delapan puluh sastrawan Jawa yang hadir nampak cukup puas. Kongres kedua , Kongres Bahasa Jawa (KBJ) digelar di jantung peradaban  Jawa, Yogyakarta (15-21 Juli 2009).



Budaya adalah sebuah identitas yang akan membuat kita bertahan. Bertahan bukan dengan melawan tetapi dengan menerima. Menerima beragam berbedaan yang akan selalu hadir dalam perputaran jaman. Dan masih ada harapan , karena masih banyak anak-anak yang belajar tentang budaya mereka.Dan mereka akan belajar banyak melalui kisah-kisah heroic yang akan mempengaruhi keputusan mereka kelak.Banyak cara yang dapat kita tempuh.Memang tidak sedikit dana yang dibutuhkan dalam hal ini, tetapi jika harus dibayar mahal dengan musnahnya sebuah budaya itu tidaklah akan sepadan.
Dengan mendirikan sanggar-sanggar akan sangat membantu dalam menjaga kelangsun gan budaya ini. Menumbuhkan minat masyarakat adalah langkah awal yang harus kita kerjakan. Selanjutnya akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, yakni turut ambil bagian di dalamnya. Bagi yang memiliki kemampuan lebih dapat menyumbangkan tenaganya sebagai pelatih dalam sanggar tari misalnya. Sebagai guru vokal, kita juga dapat melestarikan budaya dengan cara mengajarkan tembang-tembang Jawa dalam kelas.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melestarikan budaya ini dengan cara menerapkan bahasa Jawa dengan baik dan benar.Di dalam lingkungan sekolah dengan cara menyisipkan mata pelajaran Bahasa Jawa adalah sebuah langkah yang tepat. Karena mau tidak mau seorang siswa akan dituntut untuk belajar budaya Jawa ini.
Kita jangan mau kalah dengan orang-orang asing yang antosias mempelajari budaya kita, karena kalau kita sampai terlena maka hal ini justru akan menjadi bumerang bagi kita semua. Sebuah fakta Reog Ponorogo kebudayaan asli Jawa Timur dihak patenkan oleh Malaysia, dan masih banyak hal-hal kecil lainnya yang seharusnya ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita.
Dulu kita harus kehilangan yaitu tempe yang diakui oleh Jepang, Reog oleh Malaysia, dan masih banyak identitas kita yang terampas.  Ini adalah suatu hinaan dan pukulan keras bagi kita.Oleh karena itu kita harus menjaga jangan sampai hal ini terulang lagi untuk kedua kalinya.


Ada peribahasa  “ Tak ada gading yangtak retak “, ini adalah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan budaya kita sekarang ini. Namun jika dirawat gading yang retakpun dapat dipakai sebagai hiasan, Begitu pula dengan budaya, jika kita penuh kesadaran dan keikhlasan menjaga kelangsungannya maka budaya ini akan tetap terjaga kelestariannya, keindahan, serta  kekhasanahannya sehingga dapat kita nikmati  hingga akhir nanti.Jadikan budaya ini untuk terus dan tetap eksis, sehingga generasi penerus kita akan tetap dapat menikmati budaya yang elok, agung, dan mempesona ini. Kita harus bangga  memiliki budaya ini, karena budaya tidak hanya tersohor hingga ke penjuru dunia, tetapi juga merupakan aset yang begitu luar biasa.Setiap kebudayaan tanpa ditopang oleh kekuasaan politik tidak akan bertahan. Sebaliknya kekuasaan politik membutuhkan identas. Dengan memanfaatkan kebudayaan tertentu , sebuah rezim kekuasaan memiliki identitas . Di sini kebudayaan menjadi alat kekuasaan.Sehingga campur tangan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini.


BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Dengan mengetahui dan memahami budayanya, maka masyarakat akan tergerak hatinya untuk mencintai dan menjaga budaya mereka. Jika rasa memiliki telah tumbuh, maka mereka tidak akan pernah mau kehilangan budayanya.
Sehingga mereka akan berusaha dengan keras untuk menjaga budayanya tersebut dari segala hal yang mengancam keberadaan budaya tersebut dan mereka akan selalu berusaha untuk melestarikannya.Kita harus berupaya keras untuk mencari jalan keluar dari  permasalahan ini, sehingga kita semua dapat terus menjaga kelestariannya. Dengan demikian generasi penerus kita masih dapat menikmati budaya yang elok ini.Sehingga kekhasanahan budaya bangsa ini juga

akan tetap terjaga hingga akhir nanti. Karena menjaga budaya daerah sama halnya dengan nenjaga budaya negeri ini. Dan hal ini adalah salah satu perwujudan kecintaan kita kepada tanah air.

3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sadari bahwa dalam pembuuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran baik dari Dosen maupun dari teman-teman .Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.   
Jakarta : Balai Pustaka
Maruti,Retno.2009. Asal-Usul Budaya Jawa.http://www.tokohindonesia.com[ 8 Mei 2009]
Nasukha, Yaqub, dkk.  2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah.  
Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah.
Semarang : Universitas Diponegoro
Share:

No comments:

Post a Comment

JOIN US !

JOIN US !

KONTAK REDAKSI

Jl. Raya Kepuharjo 18A PPAI An-Nahdliyah
Karangploso Malang. Kode Pos : 65162.
Contac Person : 081282577492 - 081235248670