BUDAYA DI JAWA YANG PERLU DI LESTARIKAN
Makalah ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah IAD/ISD/IBD
Dosen Pengampu:
Imam
Muzaki, M.Pd
Penulis:
Muh.HadyMasrury
NIMKO:
...................................
ManajemenPendidikan
Islam
STAINU
MALANG
Jl.
Raya Kepuharjo 18 A Karangploso Kabupaten Malang
DESEMBER,
2015
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………i
DAFTAR
ISI………………………………………………………….ii
BAB
I PENDAHULUAN
Latar
Belakang……………………………………………………….…
Rumusan
Masalah …………………………………………………..
Tujuan
Pembahasan……………………………………………………..
BAB
II PEMBAHASAN ….
2.1 Apa
pengertian Budaya Jawa ..………………………………………...…
2.2 Budaya-budaya
di Jawa yang perlu di lestarikan……………………...….
2.3 Apa
faktor yang dapat melunturkan budaya Jawa ….…………………....
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ……………………………….……………………….……....
3.2
Saran ……………………………………………………………....…….. .
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….. ..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu
bangsa memiliki bermacam-macam kebudayaan.Indonesia sebagai salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia tentunya memiliki bermacam-macam kebudayaan.Di
antaranya adalah pakaian adat,seni tari,seni musik,senjata,rumah adat,dll.
Tidak
bisa di pungkiri di era globalisasi ini dan datang-nya kebudayaan-kebudayaan
luar yang bersifat modern membuat penerus bangsa ini lebih menyukai kebudayaan
yang bersifat modern.Hal ini tentunya membuat bebagai pihak menjadi hawatir
kebudayaan daerah akan menghilang.
Sudah
menjadi kewajiban kita sebagai penerus bangsa untuk mempertahankan dan
melestarikan kebudayaan daerah yang merupakan simbol utama dari kebudayaan
nasional.
1.2 RumusanMasalah
1.
Apa
pengertian Budaya Jawa ?
2.
Budaya-budaya
di Jawa yang perlu di lestarikan?
3.
Apa
faktor yang dapat melunturkan budaya Jawa?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Agar dapat
memahami bagaimana peran budaya daerah dalam memperkokoh Budaya Nasional.
2.
Supaya
bisa memikirkan solusi untuk budaya-budaya yang perlu di lestarikan.
3.
Agar
dapat mengerti apa saja faktor-faktor yang dapat melunturkan Budaya Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
BUDAYA JAWA
"Dalam
catatan Yunani yang di tulis oleh Claucius Plotomeus (165 M)istilah labadiou
(jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih artinya
adalah sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras .
Njowo
digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang,
atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham; beretika sesuai dengan
(budaya) Jawa .
Peradaban
tertua di Indonesia yang tercatat dalam perjalan pelancong-pelancong (dari Cina
maupun pedagang India ) masa lalu adalah Sakanagara (abad 1 M) sendiri terletak
di pesisir barat Pulau Jawa, di sekitar daerah Pandeglang. Dari komunitas ini
kemudian lahirlah Taramarajuk (abad 4 M).Sedangkan di bagian tengah Pulau Jawa,
peradaban tertua di awali dengan kerajaan Kalingga (abad 6 M). Kemudian untuk
Pulau Jawa bagian timur ,peradaban pertama yang dicatat adalah kerajaan
Kanjuruhan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo (tahun 760) yang ditulis dengan
huruf Jawa Kuno (Kawi). Kemudian dilanjutkan dengan kerajaan yang didirikan
oleh Mpu Sendok, raja terakhir dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Mataram
pada abad 9 M, yang memindahkan ibukota kerajaan lebih ke timur di tepi Sungai
Brantas. Diduga karena bencana alam meletusnya gunung Merapi.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan
“peradaban tertua yang pernah tercatat di Pulau Jawa dimulai dari barat ke
timur”. Juga terdapat bentuk sinkritisme yang paling pas dan harmonis antara
ajaran teologi Islam-Hindu-Buddha-dan Jawa”.
2.2 BUDAYA-BUDAYA DI INDONESIA YANG PERLU DI
LESTARIKAN
Tari
Jawa memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakatnya.Selain sebagai
hiburan, beberapa tarian yang lainnya juga memiliki fungsi sakral yaitu
disajikan dalam pelantikan dan penghormatan raja-raja. Tarian Jawa itu berwujud
seni tari yang adiluhung , sakral , dan religius.Tari Jawa tersebut banyak
jenisnya. Tarian tersebut di antaranya
sebagai berikut: (1) tari Srimpi, (2) tari Bedaya Ketawang, (3) wireng,
(4)prawirayudha, (5) dan (6) tari Kuda-Kuda. Khusus di Mangkunegaran disebut
tari Langendriyan , yang mengambil kisah Damarwulan .
Tari
yang terkenal di Kraton Solo di
antaranya adalah Srimpi dan Bedaya Ketawang. Menurut kitab Wredhapradhangga
yang dianggap sebagai pencipta dari tari Bedaya Ketawang adalah Sultan Agung
(1613-1645) yakni yang menjabat sebagai raja pertama kerajaan Mataram.Tari ini
tidak hanya ditampilkan saat pelantikan raja namun juga ditampilkan setahun
sekali ketika hari-hari besar dan upacara kraton.
Rangakaian
tari Bedaya Ketawang dan nama penarinya
dengan urutan sebagai berikut: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit ngarep,
Apit mburi, Gulu, Dhada, dan Boncit.
Sementara
Kraton Kasunanan Pakubuwono juga menciptakan tarian, yaitu tari Srimpi.Tarian
ini menggambarkan perang antara dua satria. Jenis tari srimpi di antaranya:
Srimpi Padelori, Andhong-andhong, Arjuna Mangsah, Dhempel Sangopati, Elo-elo,
Dempel, Gambir Sawit, Muncar, Gandokusuma, dan Srimpi Lobong. Selain itu juga
terdapat tarian Jawa modern yang
biasanya disajikan saat hajatan, di antaranya : (1) tari Gambyong, (2) tari
Merak, (3) tari Golek, (4) tari Gambiranom, (5) tari Minak Jingggo, (6) tari
Karonsih, (7) tari Gatotkaca Gandrung, dan lain-lain. Tayub juga merupakan
salah satu tarian Jawa yang biasa ditampilkan dalam hajatan.
2.3 FAKTOR YANG DAPAT MELUNTURKAN BUDAYA JAWA
Globalisasiberjalan
seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, di samping membawa kemajuan di
dalam pribadi pemuda dan setiap elemen masyarakat, globalisasi juga memberikan
dampak buruk pada budaya.Eksistensi budaya menjadi terancam, karena masyarakat
yang merasakan kemajuan jaman selalu beranggapan bahwa budaya daerah tidaklah
penting karena yang ada dalam otak mereka adalah bagaimana caranya dapat terus
mengikuti kemajuan iptek yang terjadi.Ironinya bukan hanya sekedar memberi
dampak buruk terhadap sikap masyarakat, namun juga merasuk ke dalam jiwa mereka
kemudian tertanam kukuh dan kemudian menguasai mereka.Sehingga mengalahkan
kesadaran mereka dalam berbudaya.
Salah
satu penyebab utama yang lainnya adalah karena pemerintah tidak lagi memasukkan
pendidikan bahasa Jawa ke dalam kurikulum pendidikan 1975. Barulah sepuluh
tahun kemudian terasa mengapa pemuda tidak dapat menguasai budaya Jawa dan tata
krama Jawa.Namun, di sisi lain tidak sedikit warga negara asing yang kagum akan
budaya Jawa dan sangat antosias serta berlomba-lomba untuk bisa dan belajar
budaya Jawa.
Memang
sebuah kenyataan pahit yang harus diterima.Namun hal tersebut tidak boleh
dibiarkan begitu saja.Rasa bangga tidak cukup hanya diucapakan di bibir saja,
namun harus dibuktikan dengan tindakan nyata, yaitu kita wajib menjaga dan
melestarikan budaya kita.Rupanya karena eksistensi budaya Jawa yang semakin
menhawatirkan keadannya ini, digelar dua buah kongres untuk mengembalikan
kejayannya.Kongres yang pertama, kongres sastra Jawa (KSJ) diadakan di Solo
(6-7 Juli 2009) .Meskipun belum dapat menghasilkan hasil-hasil yang lebik
kongkrit, delapan puluh sastrawan Jawa yang hadir nampak cukup puas. Kongres
kedua , Kongres Bahasa Jawa (KBJ) digelar di jantung peradaban Jawa, Yogyakarta (15-21 Juli 2009).
Budaya
adalah sebuah identitas yang akan membuat kita bertahan. Bertahan bukan dengan
melawan tetapi dengan menerima. Menerima beragam berbedaan yang akan selalu
hadir dalam perputaran jaman. Dan masih ada harapan , karena masih banyak
anak-anak yang belajar tentang budaya mereka.Dan mereka akan belajar banyak
melalui kisah-kisah heroic yang akan mempengaruhi keputusan mereka kelak.Banyak
cara yang dapat kita tempuh.Memang tidak sedikit dana yang dibutuhkan dalam hal
ini, tetapi jika harus dibayar mahal dengan musnahnya sebuah budaya itu
tidaklah akan sepadan.
Dengan
mendirikan sanggar-sanggar akan sangat membantu dalam menjaga kelangsun gan
budaya ini. Menumbuhkan minat masyarakat adalah langkah awal yang harus kita
kerjakan. Selanjutnya akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, yakni turut
ambil bagian di dalamnya. Bagi yang memiliki
kemampuan lebih dapat menyumbangkan tenaganya sebagai
pelatih dalam sanggar tari misalnya. Sebagai guru vokal, kita juga dapat
melestarikan budaya dengan cara mengajarkan tembang-tembang Jawa dalam kelas.
Di dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat melestarikan budaya ini dengan cara menerapkan
bahasa Jawa dengan baik dan benar.Di dalam lingkungan sekolah dengan cara
menyisipkan mata pelajaran Bahasa Jawa adalah sebuah langkah yang tepat. Karena
mau tidak mau seorang siswa akan dituntut untuk belajar budaya Jawa ini.
Kita
jangan mau kalah dengan orang-orang asing yang antosias mempelajari budaya
kita, karena kalau kita sampai terlena maka hal ini justru akan menjadi
bumerang bagi kita semua. Sebuah fakta Reog Ponorogo kebudayaan asli Jawa Timur
dihak patenkan oleh Malaysia, dan masih banyak hal-hal kecil lainnya yang
seharusnya ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita.
Dulu kita harus kehilangan yaitu tempe yang
diakui oleh Jepang, Reog oleh Malaysia, dan masih banyak identitas kita yang
terampas. Ini adalah suatu hinaan dan
pukulan keras bagi kita.Oleh karena itu kita harus menjaga jangan sampai hal
ini terulang lagi untuk kedua kalinya.
Ada
peribahasa “ Tak ada
gading yangtak retak “, ini adalah peribahasa yang tepat untuk
menggambarkan keadaan budaya kita sekarang ini. Namun jika dirawat gading yang
retakpun dapat dipakai sebagai hiasan, Begitu pula dengan budaya, jika kita
penuh kesadaran dan keikhlasan menjaga kelangsungannya maka budaya ini akan
tetap terjaga kelestariannya, keindahan, serta
kekhasanahannya sehingga dapat kita nikmati hingga akhir nanti.Jadikan budaya ini untuk
terus dan tetap eksis, sehingga generasi penerus kita akan tetap dapat
menikmati budaya yang elok, agung, dan mempesona ini. Kita harus bangga memiliki budaya ini, karena budaya tidak
hanya tersohor hingga ke penjuru dunia, tetapi juga merupakan aset yang begitu
luar biasa.Setiap kebudayaan tanpa ditopang oleh kekuasaan politik tidak akan
bertahan. Sebaliknya kekuasaan politik membutuhkan identas. Dengan memanfaatkan
kebudayaan tertentu , sebuah rezim kekuasaan memiliki identitas . Di sini
kebudayaan menjadi alat kekuasaan.Sehingga campur tangan dari pemerintah sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan
mengetahui dan memahami budayanya, maka masyarakat akan tergerak hatinya untuk
mencintai dan menjaga budaya mereka. Jika rasa memiliki telah tumbuh, maka
mereka tidak akan pernah mau kehilangan budayanya.
Sehingga
mereka akan berusaha dengan keras untuk menjaga budayanya tersebut dari segala
hal yang mengancam keberadaan budaya tersebut dan mereka akan selalu berusaha
untuk melestarikannya.Kita harus berupaya keras untuk mencari jalan keluar
dari permasalahan ini, sehingga kita
semua dapat terus menjaga kelestariannya. Dengan demikian generasi penerus kita
masih dapat menikmati budaya yang elok ini.Sehingga
kekhasanahan budaya bangsa ini juga
akan tetap terjaga hingga akhir nanti. Karena
menjaga budaya daerah sama halnya dengan nenjaga budaya negeri ini. Dan hal ini
adalah salah satu perwujudan kecintaan kita kepada tanah air.
3.2
Saran
Demikian
makalah yang dapat kami buat, kami sadari bahwa dalam pembuuatan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan.oleh karena itu, kami harapkan kritik dan
saran baik dari Dosen maupun dari teman-teman .Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta : Balai Pustaka
Maruti,Retno.2009. Asal-Usul Budaya
Jawa.http://www.tokohindonesia.com[ 8 Mei 2009]
Nasukha, Yaqub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan
Ilmiah.
Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk
Penulisan Ilmiah.
Semarang : Universitas Diponegoro
No comments:
Post a Comment