Tuesday, May 3, 2016

Makna Nganu atau Anu dibalik kampus STAINU Malang



Malang, Suara Kampus. STAINU Nganu atau disingkat menjadi Anu menjadi ciri khas komunikasi masyarakat di Jawa Timur. Selain itu, kata ini juga digunakan oleh masyarakat Malang dan Lamongan. Meskipun memiliki konotasi yang membingungkan, kata Anu menjadi kebiasaan serta dijadikan simbol identitas bagi sesuatu yang tidak diketahuinya, bahkan digunakan sebagai kata alasan untuk menjawab suatu pertanyaan di antara teman, untuk menunjukkan sesuatu yang sebenarnya terkadang dia tahu tapi lupa akan hal itu.

Normalnya, kata tersebut digunakan sebagai pengalihan pada saat kebingungan meledak, shokc, atau saat gerogi menjera. Kata Nganu juga menjadi simbol kelucuan dan kekhasan di kalangan sebagian arek-arek Mahasiswa STAINU Malang.

Kata “anu” tidak jarang diucapkan oleh masyarakat Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Kenapa sih kata ini selalu dipakai orang Indonesia? Sebenarnya, arti kata ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (orang, benda, dsb.) yang tidak disebutkan namanya. Kenapa bisa tidak disebutkan namanya? Mungkin ini adalah berbagai alasan di balik itu.

1. Tidak menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Ya, ketika kita bingung gimana mau menjelaskan sesuatu atau menggambarkan sesuatu dalam kata-kata yang tepat, secara otomatis kita akan mengeluarkan kata “anu”.

Contoh: “Nanti kalau kayak gitu bisa ‘anu’, aduh apa ya, itu lho.. ‘anu’.”

2. Lupa namanya atau lupa mau ngomong apa. Karena lupa mau ngomong apa, akhirnya “anu” deh yang keluar.

Contoh: “Eh kemarin aku pergi ke ‘anu’ lho! Duh.. Lupa nama tempatnya ‘Anu’.”

3. Menyebutkan hal yang kotor. Ketika kita ngerasa nggak enak menyebutkan hal yang kotor, kita biasanya meletakkan “anu” sebagai penggantinya atau sebagai awalan sebelum menyebutkannya. Biar nggak terlalu mengagetkan gitu, kan.

Contoh: “Setelah itu ‘anu’ dia nggak sengaja megang ‘anu’, trus anunya itu ke-‘nganu’ sama si ‘Anu’.”

4. Merasa bersalah atau nggak siap ngomong. “Anu” juga bisa digunakan sebagai awalan untuk kita mengakui kesalahan. Ketika kita belum siap menyampaikannya tapi harus menyampaikan, kita pakai “anu” untuk jadi bantalan.

Contoh: “Maaf Pak, saya ‘anu’.. Emm, saya ‘nganu’, Pak. Macet, tadi di nganu.”

5. Bercerita dengan tidak tahu apa yang dia bicarakan pastinya kan keluar ‘anu’ berkali-kali. Karna makna konotasinya beerubah-ubah. Dan titik terakhir sebagai kata yang keluar.

Contoh: “Jare ‘Anune’ Ilang, Tibak e ‘Anune’ di temu kancane.
kancane ora gelem ngomong-ngomong lek nemu ‘anune’,  Bane Ngalor ngidul Ngolek i ‘Anune’.”


Refrensi: http://www.kompasiana.com/
                https://id.wikipedia.org/
                http://kbbi.web.id/ 


Share:

No comments:

Post a Comment

JOIN US !

JOIN US !

KONTAK REDAKSI

Jl. Raya Kepuharjo 18A PPAI An-Nahdliyah
Karangploso Malang. Kode Pos : 65162.
Contac Person : 081282577492 - 081235248670