Malang, Suara Kampus. STAINU – Nganu atau disingkat menjadi Anu menjadi ciri khas komunikasi masyarakat di Jawa Timur. Selain
itu, kata ini juga digunakan oleh masyarakat Malang dan Lamongan. Meskipun
memiliki konotasi yang membingungkan, kata Anu menjadi kebiasaan serta dijadikan simbol identitas bagi sesuatu
yang tidak diketahuinya,
bahkan digunakan sebagai kata alasan untuk menjawab suatu pertanyaan di antara teman, untuk menunjukkan
sesuatu yang sebenarnya terkadang dia tahu tapi lupa akan hal itu.
Normalnya,
kata tersebut digunakan sebagai pengalihan pada saat kebingungan meledak, shokc, atau saat gerogi
menjera. Kata Nganu juga menjadi simbol kelucuan dan kekhasan di kalangan sebagian arek-arek Mahasiswa
STAINU Malang.
Kata “anu” tidak jarang diucapkan oleh masyarakat
Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Kenapa sih kata ini selalu dipakai
orang Indonesia? Sebenarnya, arti kata ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah (orang, benda, dsb.) yang tidak disebutkan namanya. Kenapa bisa tidak
disebutkan namanya? Mungkin ini adalah berbagai alasan di balik itu.
1. Tidak menemukan kata yang tepat untuk diucapkan. Ya, ketika kita bingung gimana mau menjelaskan sesuatu
atau menggambarkan sesuatu dalam kata-kata yang tepat, secara otomatis kita
akan mengeluarkan kata “anu”.
Contoh: “Nanti kalau kayak gitu bisa ‘anu’, aduh apa ya,
itu lho.. ‘anu’.”
2. Lupa namanya atau lupa mau ngomong apa. Karena lupa mau ngomong apa, akhirnya “anu” deh yang keluar.
Contoh: “Eh kemarin aku pergi ke ‘anu’ lho! Duh.. Lupa
nama tempatnya ‘Anu’.”
3. Menyebutkan hal yang kotor. Ketika kita ngerasa nggak enak
menyebutkan hal yang kotor, kita biasanya meletakkan “anu” sebagai penggantinya
atau sebagai awalan sebelum menyebutkannya. Biar nggak terlalu mengagetkan
gitu, kan.
Contoh: “Setelah itu ‘anu’ dia nggak sengaja megang
‘anu’, trus anunya itu ke-‘nganu’ sama si ‘Anu’.”
4. Merasa bersalah atau nggak siap ngomong. “Anu” juga bisa digunakan sebagai awalan untuk kita
mengakui kesalahan. Ketika kita belum siap menyampaikannya tapi harus
menyampaikan, kita pakai “anu” untuk jadi bantalan.
Contoh: “Maaf Pak, saya ‘anu’.. Emm, saya ‘nganu’, Pak. Macet,
tadi di nganu.”
5. Bercerita dengan tidak tahu apa yang dia bicarakan
pastinya kan keluar ‘anu’ berkali-kali. Karna makna konotasinya beerubah-ubah. Dan
titik terakhir sebagai kata yang keluar.
Contoh: “Jare ‘Anune’ Ilang, Tibak e ‘Anune’ di temu
kancane.
kancane ora gelem ngomong-ngomong lek nemu ‘anune’, Bane Ngalor ngidul Ngolek i ‘Anune’.”
Refrensi: http://www.kompasiana.com/
https://id.wikipedia.org/
http://kbbi.web.id/
No comments:
Post a Comment