Makalah Psikologi Remaja |
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang
remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup
yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan
teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa
mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan
inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal
yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir
ini dan pembinaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan
mahasiswa, kita melihat pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di
kalangan sebagian pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan
kenakalan remaja. Dalam surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita
tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman
keras, penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun,
meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan lain
sebagainya.
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi
masyarakat yang kini semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja
seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan
remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu
sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan
mitos bahwa masa remaja adalah masa-masa indah yang tak akan terulang kembali.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang
membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat
dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah penyimpangan remaja itu?
2. Apa penyebab penyimpangan terhadap remaja?
3. Bagaimana
solusi mengatasi penyimpangan terhadap remaja?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah psikologi. Selain itu tujuan penulisan makalah ini juga sebagai
bahan belajar dan pengalaman yang penulis
alami
dalam praktek kesehariannya pada peserta didiknya yang menyimpang, seperti :
1. Memahami sikap
peserta didik saat proses belajar mengajar.
2. Mengetahui tentang faktor-faktor yang
mengetahui tentang penyimpang pada peserta didik remajanya.
3. Menemukan dan Memahami
solusi pemecahan permasalahan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KENAKALAN REMAJA
Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang
perbuatan kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak
remaja yang meniduri ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar,
tawuran, penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras dan masih banyak lagi
kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak di
seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta
orang yang sudah lanjut usia.
Termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18
tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa
transisi dan pencarian jati diri, yang karenanya sering melakukan
perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan
remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya
peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois,
Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai
berikut:
Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang".
Santrock "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari
berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
tindakan kriminal."
Hurlock (1973)
memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga
18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan
tradisional, sedangkan alran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga
22 tahun.
Perubahan
sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku
sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer
memasukan mereka dalam kategori remaja.
Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau
mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia
19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan
bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang
rentang usia tersebut.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.
Remaja
awal : antara 11 hingga 13 tahun
b.
Remaja
pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun
c.
Remaja
akhir: antara 17 hingga 19 tahun.
Pada usia tersebut, tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1.
Mencapai
hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun
lawan jenis
2. Mencapai peran
sosial maskulin dan feminin
3. Menerima
keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.
Mencapai
kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5.
Mencapai
kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8. Mengembangkan
kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai
warga negara
9. Menginginkan
dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam
Hurlock, 1973).
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja
dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1.
Masalah
pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai.
2.
Masalah
khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada
remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian
berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih
sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann,
1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya
kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak
masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat
dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan
peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya.
Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah,
penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan
kesedihan yang kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa
masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat
kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja
mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka
merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara
khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja.
Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu
berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan
terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga
mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul
perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa
remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan
harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami
gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.
Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka
mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Uraian di atas memberikan gambaran
betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan
sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan
tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan
timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau
ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam
delinkuensi.
Perkembangan
pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam berbagai aspek
sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang
memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada
remaja.
1.
Perkembangan
fisik remaja
Menurut Imran (1998) masa remaja
diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik
(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi
fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada
masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat,
drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon
mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi untuk memulai siklus
reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini
disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan
karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup
perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya,
pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya
rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra
mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh
rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di
kaki, kumis dan sebagainya.
Menurut Mussen dkk., (1979) sekitar
dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan
seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia
rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche
rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan
tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada
usia 13 tahun (Katchadurian, 1989). Penyebab terjadi makin awalnya tanda-tanda
pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan
dari lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi (Sarwono, dalam JEN, 1998).
Pada masa pubertas, hormon-hormon
yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi
dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois dan Wolfish (1994) remaja mulai
merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya
muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Selama masa remaja, perubahan tubuh
ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa
remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem
reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti
mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia (Myles dkk, 1993).
Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah
dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi
dengan aman secara fisik. Menurut PKBI (1984) secara fisik, usia reproduksi
sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada
bermacam-macam . Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi
organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil
pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini
wanita belum cukup matang dan dewasa. Sampoerno dan Azwar (1987) menambahkan
bahwa perawatan pra-natal pada calon ibu muda usia biasanya kurang baik karena
rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan.
2.
Perkembangan
Psikis Remaja
Ketika memasuki masa pubertas,
setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari
perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan
ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman
sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam
proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor
penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.
B. PENYEBAB
KENAKALAN REMAJA
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering
sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang
mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan
menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu
akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan
remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1. Faktor Internal
a. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih
sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi
primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut
memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur
keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya
pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab
timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah
tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang
diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor penyebab
terjadinya kenakalan remaja antara lain:
Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan
pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya
masing–masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri
Kebutuhan fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak
terpenuhi, keinginan dan harapan anak–anak tidak bisa tersalur dengan
memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya
Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang
sangat diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin
dan kontrol-diri yang baik
Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang dari orang tua
merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam kejiwaan seorang remaja dalam
membentuk kepribadian serta sikap remaja sehari-hari. Jadi perhatian dan kasih
sayang dari orang tua merupakan faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi
salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama
mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya
dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga
perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana
batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral
pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan,
nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan
yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa
yang diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi
remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk
mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam
pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu
melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan
tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk
perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu
pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang
teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal di belakang. Dalam masyarakat
yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah
terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan – perbuatan orang dewasa
yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga
berdampak timbulnya kenakalan remaja.
c. Pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh budaya barat serta
pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan
akhirnya malah terjerumus ke dalamnya
Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan
watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya
pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik
maka ia akan menjadi baik pula. Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering
melakukan keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh
dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering
mempengaruhi untuk mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya
sangat senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya,
karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.
d. Tempat pendidikan
Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah
berupa lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi
ketika anak berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini
bahkan kita telah melihat di media adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi
di sekolahnya sendiri. Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab
atas kenakalan dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja antara lain:
1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak
bagi dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun
perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya
kenikmatan sesaat saja. Dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai
penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dampak bagi mental
yaitu kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang
lembek, berfikir tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari
segi moral yang pada akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal
itu kan terus berlangsung selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang
membimbing dan mengarahkan.
2. Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang
punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila remaja
selaku anak dalam keluarga berkelakuan menyimpang dari ajaran agama, akan
berakibat terjadi ketidakharmonisan di dalam kekuarga dan putusnya komunikasi
antara orang tua dan anak. Tentunya hal ini sangat tidak baik karena dapat
mengakibatkan remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan
waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan
minum-minuman keras atau mengkonsumsi narkoba. Pada akhirnya keluarga akan
merasa malu dan kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Padahal
kesemuanya itu dilakukan remaja hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya
terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya.
3. Bagi lingkungan masyarakat
Apabila remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat,
dampaknya akan buruk bagi dirinya dan keluarga. Masyarakat akan menganggap
bahwa remaja itu adalah tipe orang yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukan
ataupun mengganggu ketentraman masyarakat. Mereka dianggap anggota masyarakat
yang memiliki moral rusak, dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja
tersebut akan jelek. Untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan
waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.
C. SOLUSI
KENAKALAN REMAJA
Sikap anak-anak terhadap orang lain
dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya
selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini ada empat faktor dalam
sosiologi yang
mempengaruhinya :
Pertama, kesempatan yang penuh untuk
bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar
hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun
mereka semakin membutuhkan kesempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi
tidak hanya dengan anak yang seumur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi
juga dengan orang dewasa yang umur lebih besar dan lingkungannya yang berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama, anak
tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti
orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami
dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara
merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
Ketiga, anak akan belajar
bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini
sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikankelompok sosialnya
kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang
lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
Keempat, metode belajar yang efektif
dengan bimbingan yang tepat adalah penting.Dengan metode coba ralat, anak akan
mempelajari beberapa perilaku yang pentingbagi perilaku sosialnya.
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan
remaja masa kini sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada
beberapa solusi yang tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa kini.
Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi
masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan
kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
1. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat
dilakukan melalui cara berikut:
a. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh
para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab
timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.
Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
a. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
b. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran
agama, budi pekerti dan etiket.
c. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.
d. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
e. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan
merangsang hubungan sosial yang baik.
f. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan
mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang
positif.
g. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupun masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.
Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil
dalam membentuk pribadi seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka
harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang
paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa
setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada
anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak
mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa
dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.
Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan
diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan
aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja
kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam
menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para
pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di
sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama
dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja
dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan
tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh
kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak
sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program “monitoring”
pembinaan remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler
yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi remaja.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah
pengertian remaja mengenai:
a. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain.
b. Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
c. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah
pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada
penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua
pendekatan:
a.
Pendekatan
langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu
mengatasinya.
b.
Pendekatan
melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok
kecil tersebut:
2. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat
dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar
nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi.
Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman
secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang
berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat
oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga.
Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran
yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota
keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam
pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa
hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti
skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah.
Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan
kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan
represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun
tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala
sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara
waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata
tertib sekolah.
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya
dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu
dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara
khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun perorangan yang
ahli dalam bidang ini.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan
remaja antara lain:
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa
dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya
dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal
pada tahap ini.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan
point pertama.
Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif,
seperti berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus
bergaul.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas dilakukan, diharapkan
kemungkinan terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin berkurang dan teratasi.
Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu
ditekankan bahwa segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke
arah tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja
diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan
rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa dan
tanah air.
D. BENTUK-BENTUK TINGKAH LAKU SOSIAL
Dalam perkembangan menuju kematangan
sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk
interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah
laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang
tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini
mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan
mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak
seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol
atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik
secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkandengan menyerang
seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi,
mengurangi agresifitas anak dengan cara
mengalihkan perhatian atau keinginan
anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan
semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa
tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari
sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam
bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang
yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang
lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia
empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahunsemangat
bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan
orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun,
pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai
situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini
adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan
sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam
memenuhi interest atau keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong
individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau
bekerjasama dengan dirinya.
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN REMAJA
Perkembangan sosial anak dipengaruhi
beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak,
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan
oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan
baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan
proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat
menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan
banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses
sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam
masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan
Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial
anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan
baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat
menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.
F. HASRAT PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
1. Periode Perkembangan dalam Kandungan
(Pra-Natal)
Pada masa periode ini, beberapa
problem sosial dialami secara tidak langsung yaitu melalui perantara ibu yang
hamil. Problem sosial yang dialami oleh ibu hamil juga dirasakan secara tidak
langsung oleh anak pada masa pra natal. Salah satu problem sosial ini adalah:
keadaan emosi seorang ibu.
Maksudnya adalah keadaan emosi yang
dialami juga dirasakan oleh ibu, entah karena disebabkan terjadi masalah dengan
suami, ataupun masalah sosial mengenai kehamilan ibu (hamil diluar nikah).
Perubahan emosi pada ibu hamil menurut penelitianmenyebabkan susunan saraf
otonom akan melepaskan beberapa zat kimiawi ke dalamaliran darah, sehingga
metabolisme dalam tubuh akan mengalami perubahan. Denganbegitu, akan terjadi
perubahan sistem sirkulasi pada janin, dan akan menggangguperkembangan janin.
Apabila hal ini terjadi dapat mempengaruhi emosi janin, karena emosi janin
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu saat mengandung.
2. Periode Perkembangan Masa bayi
Periode masa bayi berlangsung saat
bayi berusia 2 minggu hingga usia 2 tahun. Pada masa ini, bayi banyak melakukan
eksplorasi terhadap banyak hal. Dimana terdapat berbagai resiko, untuk itu
dalam masa ini bayi masih sangat ketergantungan terhadap orang lain. Untuk itu,
dalam masa ini juga bayi sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang
diterimanya. Dan juga masa ini juga menjadi dasar dalam masa mendatang, untuk
itu pengaruh sosial yang diterima bayi haruslah memberikan contoh yang baik.
3. Periode Perkembangan Masa
Kanak-kanak
Pada masa ini berlangsung pada usia
2 tahun sampai 11 tahun, dimana perkembangandaya pengamatan dan masa keindahan
sedang berkembang. Masa ini anak suka mengamati dunia luarnya, serta suka
mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya.
4. Periode Perkembangan Masa Remaja
Dalam masa ini, merupakan masa
dimana meraka belajar atau menyukai hal yang baru. Diawali dengan keinginan untuk
mencoba sesuatu hal yang baru dengan anak lain. Masa ini juga sering disebut
sebagai masa Konasi, karena masa ini adalah masa yang dimana kehendak sangat dominan/berkuasa dalam jiwa remaja baik itu biologis
maupun psikologis. Pola perilaku menyimpang yang sering dimunculkan pada remaja adalah negativisme, agresif,
berkuasa, memikirkan diri sendiri, mementingkan diri sendiri, merusak,
pertentangan seks dan prasangka. Perilaku menyimpang pada remaja muncul disebabkan dengan meniru
perilaku orang lain, belajarmodel, reinforcement dari sekitar yang
ia lihat.
G. PENGARUH SOSIAL TERHADAP PSIKOLOGI
Dalam perkembangan sosial remaja,
mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.Pemikiran itu terwujud dalam
refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil
pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide
dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,
termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi remaja sering menimbulkan kemampuan
mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang
semestinya menurut pengalamannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris
sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita dan idealism yang baik,
terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh
dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.
Kemampuan berfikir dengan pendapat
sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan
penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap
ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya
sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
H. CARA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
REMAJA
Motivation
of Learning adalah
suatu kegiatan yang bisa juga dikatakan sebagai bentuk permainan gerakan imajinasi
yang berpengaruh pada Psikologi remaja. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
serta kesadaran secara optimal.
Kemampuan Psikisnya, dengan memberikan dukungan untuk
berfikir dan melatih agar terampil melakukan imajinasi dan fantasi. Remaja diberi kesempatan untuk dapat berfikir
tentang masa lalu yang diterima kenangan dan masa depan yang akan mejadi sebuah
pertanyaan tanpa penekanan
yang secara berlebihan.
BAB III
KASUS
A. PERMASALAHAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Terdapat berbagai kemungkinan
permasalahan yang mungkin muncul pada aspek perkembangan sosial ini diantaranya
adalah:
* Kurangnya kerjasama dari pihak
keluarga untuk mengembangkan aspek sosial sang anak
(no cooperative)
* Adanya faktor genetik yang
menghambat atau bahkan tidak mampu untuk bersosialisasi,
seperti, diskriminasi karena Miripnya dia
dengan seseorang, yang dimana teman-temanya menghubung-hubuungkan dia mirip
dengan hal tersebut.
* Pola berteeman
yang mendukungnya untuk melakukan penyimpangan tersebut, seperti contoh, jika seorang anak remaja dengan perawakan
tubuh dan wajah mirip lelaki
atau sedikit ketomboian yang langsung memakai fisik yang
terus-menerus akan
menjadikan anak tersebut trauma dan minder untuk menyadari bahwa dia
adalah wanita. Maka ia akan kurang mendapat respon dalam sosialitasnya bahwa jati
dirinya adalah wanita.
B. Deskripsi Kasus
Kemarin terjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan
seluruh jiwa dan sukma saya. seorang anak remaja
perempuan berumur 16 tahun,
Idha sendiri mempunyai penyimpangan
seksual dengan sesama
jenis, hal itu membuat saya
tergerak untuk melakukan observasi. Di sekolahannya tidak ada yang memermasalahkan hal tersebut, atau dimanapun, karena dari awal, memang
teman-temannya sudah menyadari itu.
Tapi mereka lebih memilih diam. Idha
untuk bergaul dengan siapapun sangat mudah. Karena keberadaannya dalam tengah-tengah
pertemanannya sendiri berlangsung cukup lama, sampai suatu saat, teman
sekamarnya membawa sebuah alat jejaring sosial yaitu Facebook, dan disitulah
temannya itu menangkap foto profil facebook yang aneh yang berpenampilan
seseorang lelaki. Tak berapa lama, Idha juga bergabung dengan mereka. Tapi
seorang di foto itu mirip skali dengannya, lalu ia menjelaskan bahwa foto itu adalah
fotonnya.
Kalian bisa melihat Idha sangat di butuhkan dalam segala hal yang itu
behubungan dengan laki-laki,
dan dia benar-benar mirip sekali dengan foto itu. Dan pada saat ia mulai terbiasa bergaul lagi dengan teman-temannya.
Belum jelas apa motif dari semua itu,
mengenai kenapa ia lebih tertarik pada sesama jenis berkenaan karena ia tidak
bisa diinterogasi dan memilih untuk menutup mulutnya. Sedangkan pasangan
sesama jenisnya
juga tidak dapat ditanyai banyak hal. Begitu berhadapan dengan saya mereka terlihat normal, mereka akan mulai gemetarhebat,
dan menunjukkan keterangsangannya yang tidak biasa ketika ia bersama berduaan dengan pasangan
sesama jenisnya.
Hal itu diketahui teman sekamarnya yang saya suruh untuk memata-matainya, walau
tidak sepenuhnya lengkap. Anak tersebut
mengalami kesulitan dalam belajar dan menyampaikan pendapatnya kepada
orang lain saat ia tidak berssama pasangannya. Gangguan psikis, serta penyimpangan yang seperti mereka alami akan
menjadi gangguan untuk mereka bersosialisasi pada masa depan nantinya.
Contoh sekarang yang saya alami
yaitu peserta didik saya, sebut saja namanya Idha dan yang satunya lagi adalah
kakak kelasnya Ririn, Idha masih dalam tahap pengamatan saya secara diam-diam
karena kejiwaannya secara teori faktor-faktor yang saya pelajari adalah dalam
kondisi normal karena penyimpangan seksualnya hanya sesama jenis, sedangkan yang
satunya mempunyai penyimpanga Psikologi yang sangat aneh. Di karenakan dia
mempunyai hasrat seksual Ganda, hal ini di buktikan bahwa Ririn mempunyai
seorang kekasih yang lawan jenis. Mulai dari itu saya terus mengamati perkembangan
mereka beredua. Walaupun harus terjadi
fitnah antara saya dan salah satu dari mereka berdua.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara
khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court)
pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua
perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berupa krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal
berupa kurangnya perhatian dari orang tua; minimnya pemahaman tentang
keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar dan pengaruh budaya barat serta
pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat pendidikan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja akan berdampak
kepada diri remaja itu sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Solusi
dalam menanggulangi kenakalan remaja dapat dibagi ke dalam tindakan preventif,
tindakan represif, dan tindakan kuratif dan rehabilitasi. Adapun solusi
internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa
dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan
point pertama.
Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi Arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus
bergaul.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah
tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan
akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh
dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
B.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock B Elizabeth, Developmental
Psychology; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa,
Istiwidayanti dan suedjarwo,
Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
Hurlock B Elizabeth, Child
Developmental; Mc Grow Hill, Inc, 1978, Alih Bahasa,dr. Med.
Meitasari Tjandrasa dan Dra.
Muslichah Zarkasih, Perkembangan Anak, Jakarta, Erlangga, tt.
Santrock, John W, Life-Span
Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih
bahasa Achmad Chusairi, S.PSI,
Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002.
http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/
Buku “Psikologi Remaja” karangan Prof. Dr.
Sarlito WS
“wawancara
dengan Ustad. Nasron Aziz S. Pd. I.(dewan pengajar pon.pes PPAI An-Nahdliyah)
tentang penyembuhan terhadap penyimpangan seksual peserta didik dari sudut
pandang agama.” hari senin, 6 April 2015, pukul 10.00 WIB
“Diskusi Sekitar masalah problematika
peserta didik dengan Bapak Abdul Ghofur M.
Pd. I (Guru MANU Kepuharjo)Pukul 21.30 WIB.
“Makalah
perkembangan psikologi remaja”. Nanang. E. G, 15 Juli 2008
Andi Mapiare (1988) Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2007) Sosiologi Teks dan Terapan.
Jakarta: Kencana Prenada media Group.
Brigjen Soneta (2013). Kenakalan Remaja: Penyebab dan Solusinya. Makalah
Disampaikan pada Seminar Hari anti narkoba internsional.
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta:
BPK. Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan
(Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Kartini Kartono. (1979) Phatologi Sosial Kenakalan Remaja, Jakarta:
Rajawali.
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2004) Psikologi Remaja Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.Muhammad Al-Mighwar (2006) Psikologi Remaja. Bandung:
Pustaka setia
Santrok, J. W. (2003) Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan.
Jakarta: Penerbit
Erlangga.Sri Sumantri dan Siti Sundari (2004) Perkembangan Anak dan
Remaja.Jakarta: Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment