Monday, November 19, 2018

Kejumudan BEM STAINU Malang




“…Mahasiswa takut dengan Dosen, Dosen takut dengan Dekan, Dekan takut dengan Rektor, Rektor takut dengan Menteri, Menteri takut dengan Presiden, Presiden takut dengan Mahasiswa…”
(Puisi Taufik Ismail di kutip oleh Pahmi Sy dalam “Politik Pencitraan”: 2010., hal-202)
            Petikan puisi yang lazim di pekikkan ini menggambarkan betapa mahasiswa memiliki kekuatan dasyat, orang nomor satu dalam suatau negara berhasil”ditakut-takuti”. Berbagai kekuasaan rezim dilengserkan. Di Indonesia lensernya Sukarno bersama Orde-lama dan turunnya Suharto beserta Orde-baru adalah prasasti sejarah sepak terjang mahasiswa dalam mendepak otoriterisme. Di beberapa negara dunia, seperti revolusi Rusia 1917 juga melibatkan mahasiswa sebagaimana disampaikan I.V Lenin sendiri dalam what is to be done, Revolusi di Filiphina menumbangkam rezim Marcos, maupun rezim Franco di Spanyol juga melibatkan peran mahasiswa. Di Mesir mahasiswa menjadi bagian dari suara-suara demokrasi hingga rezim Husni Mubarok terjungkal, pun di Libya meski pada akhirnya Muammar Khadafi tewas ditangan para opposan. Di lapangan Tiananmen, Beijing, sempat menumpahkan darah demokrasi, meski berhasil diredam oleh rezim komunis Cina. Sungguh menakutkan bagi para penguasa!    
            Namun, untaian sajak diatas juga mengungkapkan sisi lain mahasiswa dan mungkin itu adalah lemahnya, karena mereka tidak bisa sepenuhnya sebagai simbol segala bentuk pelumpuhan kekuasaan. Di beberapa momen harus di akui bahwa perlawanan mahasiswa berhasil diredam. Bahkan sesekali ditunggangi oleh elite demi perebutan kekuasaan. Ini menjadi semacam dua sisi koin kekuasaan sama--sama punya kelebihan dan kekurangan.
Penguasa yang takut pada mahasiswa ternyata sangat mungkin untuk melemahkan mereka, bahkan melumpuhkan segala bentuk potensi melawan yang dimilikinya. Itu tergambar misalnya pada masa Orde-baru, bagaimana penguasa memaksimalkan alat-alat kekuasaanya, dalam hal ini aparat negara, untuk secara paksa membendung sikap kritis mahasiswa. Kemudian secara ideologis mahasiswa juga dilemahkan melalui kebijakkan mekanisme pendidikan. Orde-baru berhasil”memborgol”nyali mahasiswa melalui NKK/BKK. Dimana NKK/BKK menganulir semua aktivitas mahasiswa dan meletakkannya dibawah kontrol penuh perangkat kampus seperti dosen, dekan, rektor dan pembantu rektor. Upaya ini berhasisl membekab suara-suara mahasiswa. Walhasil Orba ajeg selama 32 tahun. Entah apakah “pendidikan karakter” dan amburadulnya kurikulum pendidikan serta lahirnya Undang-Undang Perguruan Tinggi merupakan bagian dari melemahkan gerakkan mahasiswa atas nama moral dan standar pendidikan. Yang pasti indikasi gerakkan mahasiswa  di abad 21 ini menunjukkan adannya involusi gerakkan mahasiswa, reformasi hanya melahirkan semangat berkisah tentang keagungan masa lalu. Cita-cita reformasi jauh pangang dari api. Ini berbanding terbalik dengan era Orde-baru yang mencekam tetapi justru kondisi menekan dan manipulatif ini mendorong mahasiswa untuk bangkit dan bersatu untuk melawan.(Di kutib dari buku; Mahasiswa dalam Pergulatan Politik, hal 4-6, karya: Ahmad Siboy dan Harlianto. Jakarta: Nirmana Media 2014)


Mahasiswa adalah penerus perjuangan bangsa yang nantinya akan mengemban tampuk pimpinan umat, baik dalam bermasyarakat maupun bernegara. Mahasiswa juga dihadapkan pada persaingan global dan kesempatan kerja yang semakin sempit dan kompetitif. Dari pemikiran tersebut maka perlu disiapkan mulai dari sekarang individu yang handal baik dari segi mental, daya saing dan keunggulan keterampilan yang dapat dipergunakan sebagai nilai tambah dari lulusan perguruan tinggi.
Vakumnya kegiatan kemahasiswaan di lingkungan kampus STAINU Malang kiranya cukup mengundang keprihatinan. Bagaimana seorang mahasiswa yang seharusnya aktif,  penuh ide pembaruan menjadi tidak tertarik untuk terjun dan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan organisasi. Hal ini cukup beralasan karena mahasiswa belum paham akan pentingnya suatu organisasi dan peran kelembagaan di tambah tidak adanya regenerasi sehingga banyak mahasiswa yang belum mengenal adanya BEM yang ada di lingkungan akademik.
            BEM STAINU Malang adalah organisasi kegiatan intra kampus yang terbentuk sebagai wadah untuk mengembangkan ketrampilan baik berupa ketrampilan teknik yang sesuai bidang jurusan masing-masing (Hard Skill) dan pembentukan jiwa kepemimpinan Mahasiswa juga kemampuan dalam berorganisasi (Hard Skill) dimana kedua komponen tersebur merupakan syarat pokok dalam mempersiapkan persaingan individu yang semakin kompetitif. Keberadaan mahasiswa sebagai agent of change mempunyai peran strategis dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat madani yang lebih baik secara fisik maupun secara moral. Kehidupan yang dinamis di dalam kehidupan kampus tidak terlepas dari kinerja masing-masing pihak yang berkompeten berada di dalamnya yang salah satu unsurnya adalah organisasi kemahasiswaan.
            Kecenderungan dari mahasiswa pada umumnya untuk bersifat acuh tak acuh, sifat apatis dan pragmatis terhadap segenap persoalan dan kondisi lingkungan, sosial budaya, politik, lingkungan dan kemasyarakatan. dalam lingkup kemahasiswaan, fakultas, universitas, bangsa dan negara maupun perkembangan dunia internasional menjadikan salah satu pemikiran dan perlu adanya kelangsungan hidup bangsa untuk menciptakan bangsa yang mandiri dan bermartabat.

Catatan : Mahasiswa.Pejuang
Share:

No comments:

Post a Comment

JOIN US !

JOIN US !

KONTAK REDAKSI

Jl. Raya Kepuharjo 18A PPAI An-Nahdliyah
Karangploso Malang. Kode Pos : 65162.
Contac Person : 081282577492 - 081235248670